Posted in

Tragis! Turis Brasil Tewas di Rinjani, Proses Autopsi Justru Dilakukan di Bali!

Jenazah turis Brasil, Juliana Marins, yang tewas akibat terjatuh di Gunung Rinjani, tidak jadi diautopsi di RS Bhayangkara Mataram.

Tragis! Turis Brasil Tewas di Rinjani, Proses Autopsi Justru Dilakukan di Bali!

Proses autopsi akan dipindahkan ke Bali, sebelum jenazah dipulangkan ke Brasil. Perubahan lokasi ini disebabkan ketiadaan dokter autopsi di NTB yang sedang bertugas di Sumatera. Pemerintah Provinsi NTB menanggung seluruh biaya penanganan dan pemulangan jenazah, serta kebutuhan keluarga, menunjukkan komitmen dan empati.

Insiden ini menjadi pelajaran penting untuk memperkuat sistem keselamatan di Gunung Rinjani. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Bali

Tragedi di Lereng Rinjani

Insiden tragis ini bermula pada Sabtu, 21 Juni 2025, ketika Juliana terjatuh di lereng Gunung Rinjani. Area kecelakaan diperkirakan berada di sekitar Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Rinjani. Pada awalnya, korban diperkirakan berada di kedalaman 150-200 meter, namun tim penyelamat kemudian menemukan pergeseran turun hingga kedalaman 600 meter.

Proses pencarian dan evakuasi dilakukan oleh tim SAR gabungan yang terdiri dari berbagai unsur, termasuk Kantor SAR Mataram, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), TNI, Polri, BPBD Lombok Timur, Unit SAR Lombok Timur, EMHC, Damkar, Relawan Rinjani, dan porter.

Pada Selasa, 24 Juni 2025, satu petugas penyelamat bernama Khafid Hasyadi berhasil menjangkau korban pada kedalaman 600 meter, dan saat ditemukan, Juliana sudah tidak bernyawa. Proses evakuasi jenazah sempat terhambat karena kondisi cuaca yang kurang bersahabat dan jarak pandang yang sangat terbatas, sehingga dihentikan sementara pada pukul 19.00 WITA dan dilanjutkan keesokan harinya, Rabu, 25 Juni 2025.

Perpindahan Lokasi Autopsi dan Alasan di Baliknya

Awalnya, jenazah Juliana dijadwalkan untuk diautopsi pada Kamis pagi, 26 Juni 2025, di RS Bhayangkara Mataram. Plh Sekda NTB, Lalu M Faozal, menyatakan bahwa jenazah akan segera diberangkatkan ke Denpasar setelah autopsi selesai. Namun, keputusan berubah setelah Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Indah Damayanti Putri, didampingi Kapolda NTB, Irjen Hadi Gunawan, mengonfirmasi bahwa autopsi akan dilaksanakan di Bali.

Perubahan lokasi autopsi ini disebabkan oleh ketiadaan dokter autopsi di RS Bhayangkara Mataram saat itu. Wagub NTB, yang akrab disapa Dinda, menjelaskan bahwa dokter autopsi di NTB hanya satu orang, dan sedang melaksanakan tugas di Sumatera. Oleh karena itu, opsi terdekat untuk autopsi adalah Denpasar.

Kapolda NTB telah berkoordinasi dengan Kapolda Bali untuk memastikan kelancaran proses autopsi dan persiapan keberangkatan jenazah ke Brasil setibanya di Bali. Tujuan autopsi ini adalah untuk mengetahui waktu kematian Juliana, serta sebagai kelengkapan dokumen yang dibutuhkan untuk proses pemakaman di Brasil. Meskipun penyebab kematiannya sudah diketahui dalam proses pendakian, waktu kematian menjadi informasi penting bagi keluarga untuk keperluan dokumen tersebut.

Baca Juga: Prabowo Teken Peresmian Ngoerah Sun Wellness and Aesthetic Center di Bali

Dukungan Pemerintah dan Empati Terhadap Keluarga Korban

Dukungan Pemerintah dan Empati Terhadap Keluarga Korban

Pemerintah Provinsi NTB menunjukkan empati yang besar terhadap keluarga Juliana. Pemprov NTB menanggung seluruh kebutuhan keluarga Juliana selama mereka berada di NTB, termasuk fasilitas mobil ambulans hingga transportasi. Pihak keluarga Juliana juga dikabarkan akan hadir dalam proses autopsi.

Insiden ini juga menarik perhatian global, memicu respons emosional dari warga Brasil di media sosial yang mempertanyakan peran pemerintah Indonesia dalam menanggapi musibah ini. Wakil Menteri Sekretaris Negara, Juri Ardiantoro.

Menyatakan bahwa insiden ini menjadi perhatian serius pihak Istana dan tim Presiden terus memantau perkembangan situasi. Tim Presiden juga telah mengirimkan tim langsung ke lapangan untuk membantu warga yang meminta dukungan melalui media sosial Presiden.

Respons Pariwisata dan Upaya Pencegahan Kecelakaan

Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, menyoroti pentingnya memperketat pengawasan terhadap keamanan dan keselamatan di destinasi wisata berisiko tinggi. Ia menegaskan bahwa keselamatan wisatawan adalah prioritas utama dalam pengembangan pariwisata nasional.

Widiyanti menambahkan bahwa pengawasan yang lebih ketat diharapkan dapat mengurangi angka kecelakaan di area wisata hingga mencapai “zero accident,” karena satu insiden dapat berdampak besar pada citra destinasi wisata di masa depan. Ia mengapresiasi Basarnas dan pengelola Balai Taman Nasional Gunung Rinjani atas tanggap cepat mereka dalam proses evakuasi.

Sebagai langkah keamanan, jalur pendakian dari Pelawangan 4 Sembalun menuju puncak Gunung Rinjani ditutup sementara mulai 24 Juni 2025 hingga waktu yang belum ditentukan. Penutupan ini dilakukan untuk menjaga keselamatan pengunjung dan tim evakuasi.

Kesimpulan

Perubahan lokasi autopsi jenazah Juliana Marins dari Mataram ke Bali merupakan langkah adaptif yang diambil pemerintah NTB mengingat keterbatasan dokter forensik di wilayah tersebut. Insiden tragis di Gunung Rinjani ini menyoroti pentingnya prosedur evakuasi yang efisien dan dukungan pemerintah terhadap korban serta keluarga.

Selain itu, tragedi ini juga menjadi momentum bagi sektor pariwisata untuk memperketat standar keamanan di destinasi berisiko tinggi. Guna memastikan keselamatan wisatawan dan menjaga citra pariwisata nasional.

Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang Turis Brasil tewas di Rinjani hanya di INFO KEJADIAN BALI.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.ntvnews.id
  2. Gambar Kedua dari www.detik.com