Posted in

Jemaah Haji Buleleng Bali Wafat di Mekkah Setelah Alami Kelelahan Berat!

Mahriya Mursit, jemaah haji asal Buleleng, Bali, meninggal dunia di Mekkah akibat kelelahan setelah menjalani aktivitas fisik ibadah haji.

Jemaah Haji Buleleng Bali Wafat di Mekkah Setelah Alami Kelelahan Berat!
Perempuan berusia 69 tahun ini sempat mengalami demam dan kehilangan nafsu makan selama lima hari sebelum wafat pada 30 Mei 2025. Kematian terjadi sebelum puncak ibadah haji dimulai, menimbulkan duka mendalam bagi keluarga dan komunitas jemaah. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Ma’la Kota Mekkah sesuai protokol setempat. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Bali.

Perjalanan Ibadah Haji yang Menantang Bagi Mahriya Mursit

Mahriya Mursit, seorang jemaah haji asal Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali, berangkat menunaikan ibadah haji pada 21 Mei 2025 bersama 84 jemaah dari daerah yang sama. Ia termasuk dalam kloter SUB-71 yang dilepas dari Masjid Agung Jami’ Singaraja menuju Embarkasi Surabaya, yang selanjutnya menuju Tanah Suci Mekkah, Arab Saudi.

Perjalanan panjang dan aktivitas berat yang melelahkan selama menunaikan ibadah haji menjadi tantangan besar bagi Mahriya, terlebih mengingat usianya yang 69 tahun. Sebelum meninggal, Mahriya sempat mengalami demam dan kehilangan nafsu makan selama lima hari, tanda-tanda kondisi kesehatannya yang semakin menurun.

Kelelahan Sebagai Dugaan Penyebab Utama Kematian

Mahriya Mursit meninggal dunia pada 30 Mei 2025 saat berada di Mekkah, sebelum memulai rangkaian puncak ibadah haji yang dikenal sebagai Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Menurut Pelaksana Harian Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama Kabupaten Buleleng, Lewa Karma, penyebab utama kematian Mahriya diduga akibat kelelahan berat yang diperparah kondisi sakit yang dialaminya.

Mahriya diduga kecapaian karena perjalanan jauh dan aktivitas fisik yang berat selama menunaikan ibadah haji. Pada tanggal kejadian, Mahriya ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri dan setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah yang tidak terdeteksi, dinyatakan meninggal dunia pada pukul 15.15 waktu Arab Saudi. Ini adalah sebuah pengingat kuat akan pentingnya menjaga kondisi kesehatan saat menjalankan ibadah yang berat seperti haji, khususnya bagi jamaah usia lanjut.

Baca Juga: Gubernur Wayan Koster Kunjungi International Hospital di Bali

Dampak Kematian Terhadap Keluarga dan Komunitas

Dampak Kematian Terhadap Keluarga dan Komunitas
Berita duka ini sangat mengguncang keluarga dan komunitas jemaah haji dari Kabupaten Buleleng. Kabar tentang meninggalnya Mahriya sudah disampaikan kepada pihak keluarga di Kampung Bugis. Perwakilan kantor Kementerian Agama Buleleng bahkan mengunjungi rumah duka untuk memastikan hak-hak almarhumah sebagai jemaah haji yang wafat dipenuhi sepenuhnya.

Hal ini menunjukkan perhatian serius dari pemerintah daerah kepada jamaah haji dan keluarganya, khususnya terhadap mereka yang mengalami musibah selama menunaikan ibadah. Kehilangan ini tentu memberikan duka mendalam sekaligus menjadi peringatan akan pentingnya pengawasan kesehatan jamaah selama ibadah haji.

Proses Pemakaman di Tanah Suci yang Sesuai Protokol

Sesuai dengan ketentuan pemerintah Arab Saudi, jenazah jemaah yang meninggal di Tanah Suci harus dimakamkan di sana. Mahriya Mursit dimakamkan di Pemakaman Ma’la yang terletak di Kota Mekkah. Sebuah tempat pemakaman sejarah bagi banyak jemaah dari seluruh dunia.

Pemakaman tersebut menjadi peristirahatan terakhir yang terhormat bagi para jamaah haji yang wafat di tanah suci. Pelaksana Harian Kantor Kemenag Buleleng memastikan seluruh hak dan kewajiban terhadap almarhumah telah terpenuhi sesuai prosedur. Termasuk komunikasi dan dukungan kepada keluarga almarhumah di kampung halamannya.

Kelelahan dan Risiko Kesehatan Bagi Jemaah Haji Usia Lanjut

Kasus Mahriya Mursit menunjukkan bagaimana tekanan fisik, cuaca ekstrem. Dan perjalanan panjang selama pelaksanaan haji dapat membawa risiko kesehatan serius, terutama bagi jamaah yang sudah berusia lanjut. Aktivitas yang menguras tenaga seperti wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah. Dan melempar jumrah di Mina menuntut kondisi fisik prima yang kadang sulit dipenuhi.

Catatan kesehatan menunjukkan Mahriya mengalami demam dan nafsu makan menurun. Yang dapat menjadi tanda melemahnya daya tahan tubuh sebelum akhirnya meninggal dunia. Hal ini menjadi peringatan penting bagi penyelenggara haji, keluarga, dan jamaah untuk memberikan perhatian lebih pada kondisi kesehatan jamaah. Baik sebelum berangkat maupun selama pelaksanaan haji.

Kesimpulan

Kematian Mahriya Mursit, jemaah haji asal Buleleng, Bali, di Mekkah akibat kelelahan menyoroti tantangan besar dalam menjalankan ibadah haji, terutama bagi jamaah usia lanjut. Perjalanan jauh, aktivitas fisik yang berat, serta kondisi kesehatan yang menurun berkontribusi pada tragedi tersebut.

Pemerintah dan penyelenggara ibadah haji harus terus meningkatkan pengawasan kesehatan dan perlindungan kepada jamaah. Termasuk pendampingan intensif serta kesiapan medis agar risiko serupa dapat diminimalkan. Keluarga dan komunitas juga diimbau untuk mendukung dan menjaga kesehatan jamaah sejak awal.

Demi kelancaran dan keselamatan selama menunaikan rukun Islam kelima ini. Kematian saudari Mahriya menjadi pengingat akan pentingnya kesiapan fisik dan mental dalam menjalankan ibadah haji yang penuh tantangan namun penuh makna spiritual.

Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di INFO KEJADIAN BALI.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari denpasar.kompas.com
  2. Gambar Kedua dari denpasar.kompas.com