Sebuah tragedi memilukan terjadi pada bocah 9 tahun yang tenggelam di tambak udang milik warga di Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, Selasa 10 Juni 2025.
Korban bernama Komang Adi Saputra ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, setelah sebelumnya dilaporkan hilang saat bermain sepeda. Peristiwa tragis ini terjadi saat sang ayah sedang bekerja di lokasi tersebut, meninggalkan duka mendalam yang menyayat hati bagi keluarga dan warga sekitar.
Dibawah ini, Info Kejadian Bali akan membahas kronologi lengkap dan dampak dari peristiwa bocah 9 tahun tenggelam di tambak yang menggemparkan warga Celukan Bawang, Buleleng.
Bermula Dari Niat Menemani Ayah
Pagi itu, sekitar pukul 10.45 WITA, Komang Adi ikut sang ayah yang bernama Komang Swastika (42), ke tempat kerja di tambak udang. Dengan sepeda kayuh kesayangannya, bocah asal Desa Patas itu tampak ceria saat meninggalkan rumah.
Seperti anak-anak pada umumnya, ia tidak bisa diam dan memilih bermain sepeda di sekitar area tambak sambil menunggu sang ayah menyelesaikan pekerjaannya. Namun keceriaan itu berubah menjadi kabut kepanikan. Tak lama setelah bermain, keberadaan Komang Adi tidak lagi terlihat.
Sang ayah, yang awalnya mengira anaknya hanya berkeliling di sekitar, mulai merasa was-was. Ia bergegas mencari di area perumahan dan sekitar tambak, namun hasilnya nihil. Hati siapa yang tak hancur ketika kehilangan jejak anak di tengah lingkungan penuh air dan risiko?
Pencarian yang Mencekam
Menolak pasrah, Komang Swastika segera memberi tahu para pekerja tambak lain. Mereka bahu-membahu menyisir lokasi, berharap bocah itu hanya tersesat atau tertidur di tempat teduh. Namun ketegangan memuncak ketika sekitar pukul 11.30 WITA, seorang pekerja menemukan sepeda Komang Adi berada di dasar kolam tambak.
Suasana mendadak berubah sunyi, hanya terdengar percikan air dan deru napas orang-orang yang mulai panik. Tak berselang lama, tubuh mungil Komang Adi ditemukan lima meter dari lokasi sepeda itu. Ia sudah dalam keadaan tenggelam, tak lagi bergerak.
Tangis pecah, tubuh kecil itu langsung dievakuasi dan dilarikan ke Puskesmas Gerokgak. Namun, harapan tak berpihak pada keluarga ini. Saat tiba di puskesmas pada pukul 11.59 WITA, tim medis menyatakan bahwa Komang Adi telah meninggal dunia. Diperkirakan, ia telah meninggal sekitar satu jam sebelum ditemukan.
Baca Juga:
Polisi Tegaskan, Ini Murni Kecelakaan Tragis
Kasi Humas Polres Buleleng, AKP Gede Darma Diatmika, membenarkan kejadian tersebut dan menegaskan bahwa peristiwa ini merupakan kecelakaan tragis. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan ataupun dugaan kriminalitas dalam kematian korban.
“Korban diduga terpeleset dan jatuh ke dalam tambak saat bermain. Lokasi tambak cukup dalam dan tidak ada pengamanan khusus di sekitarnya” jelas AKP Diatmika.
Pihak keluarga menerima kejadian ini sebagai musibah dan menolak dilakukan autopsi, sesuai dengan kesepakatan bersama tokoh adat setempat. Jenazah korban telah dibawa ke rumah duka untuk dimakamkan sesuai adat dan kepercayaan keluarga.
Potret Risiko di Sekitar Kita
Peristiwa ini membuka mata banyak pihak tentang betapa rentannya anak-anak terhadap bahaya di lingkungan sekitar, terutama di tempat kerja yang sejatinya bukanlah ruang bermain bagi mereka. Banyak warga di pedesaan yang membawa serta anak mereka ke ladang, tambak, atau kebun karena alasan keterbatasan pengawasan di rumah.
Meskipun dengan niat baik, tanpa pengawasan yang ketat dan lingkungan yang aman, hal ini bisa berujung pada tragedi seperti yang dialami Komang Adi. Keprihatinan pun datang dari warga dan aparat desa. Diperlukan pengamanan yang lebih baik di area seperti tambak udang, terutama jika masih berdekatan dengan permukiman.
Pagar, tanda peringatan, hingga pengawasan tambahan perlu dipikirkan oleh pemilik usaha agar kejadian serupa tidak terulang.
Duka yang Menggugah Hati
Kematian Komang Adi menjadi tamparan emosional bagi siapa pun yang mendengarnya. Anak yang dikenal ceria dan penurut itu kini hanya tinggal kenangan. Warga sekitar, teman-teman sebaya, hingga guru di sekolah tempatnya belajar, menyampaikan duka mendalam.
Di tengah kesedihan, para tetangga tampak turut membantu keluarga dalam proses pemakaman. Ini menjadi bukti bahwa semangat gotong royong dan empati masih hidup kuat di tengah masyarakat.
Kesimpulan
Tragedi ini seharusnya tidak berhenti hanya sebagai berita duka. Perlu ada langkah nyata untuk mencegah kejadian serupa. Pengawasan anak, pengamanan lokasi kerja yang berbahaya, serta edukasi terhadap risiko lingkungan harus menjadi prioritas bersama. Anak-anak adalah generasi masa depan yang harus dijaga dengan sepenuh hati.
Komang Adi telah pergi, namun kisahnya menjadi pengingat bahwa keselamatan anak adalah tanggung jawab kita semua keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Semoga peristiwanya menjadi pelajaran berharga dan tidak ada lagi orang tua yang harus kehilangan buah hati mereka dengan cara yang tragis seperti ini. Simak dan ikuti terus Info Kejadian Bali agar Anda tidak ketinggalan informasi berita menarik lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari radarsurabaya.jawapos.com
- Gambar Kedua dari radarbuleleng.jawapos.com