Keberhasilan evakuasi pendaki Belanda Sarah Tamar van Hulten dari Gunung Rinjani menarik perhatian publik karena tantangan ekstrem pegunungan.

Proses penyelamatan yang dramatis ini melibatkan banyak pihak dan sumber daya, termasuk koordinasi lintas pulau serta penggunaan helikopter demi memastikan keselamatan sang pendaki.
Artikel Info Kejadian Bali ini membahas kronologi, tantangan, dan peran seluruh tim yang terlibat dalam operasi penyelamatan yang patut diapresiasi ini.
Kronologi Kejadian di Jalur Ekstrem Rinjani
Pada Kamis, 17 Juli 2025, Sarah Tamar van Hulten, pendaki wanita berkebangsaan Belanda yang berdomisili di Denmark, mengalami insiden jatuh di jalur Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak, salah satu trek menantang di Gunung Rinjani. Insiden terjadi saat Sarah tengah menuruni jalur ekstrem tersebut, yang memang dikenal licin dan curam, terutama saat musim hujan atau setelah hujan turun.
Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) segera menerima laporan sekitar pukul 14.00 WITA. Tidak lama kemudian, Kantor SAR Mataram bergerak responsif dan melakukan koordinasi intensif dengan pihak-pihak terkait, termasuk tim Basarnas serta SGi Air Bali sebagai penyedia helikopter untuk mendukung evakuasi melalui udara.
Tantangan Evakuasi di Medan Sulit
Medan Gunung Rinjani terkenal sangat berat dan berisiko tinggi, khususnya di area Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak. Selain curam, jalur ini memiliki banyak titik rawan longsor serta minim akses darurat untuk penanganan medis cepat. Ini membuat proses evakuasi darat sering kali memakan waktu lama dan berbahaya bagi korban maupun tim penyelamat.
Dalam kasus Sarah, keputusan untuk menggunakan helikopter menjadi langkah krusial. Proses ini diawali dengan koordinasi lintas wilayah antara SAR Mataram, BTNGR, dan pihak SGi Air Bali. Pada pukul 15.45 WITA, helikopter lepas landas dari Bali, menempuh jalur udara langsung menuju lokasi insiden di ketinggian.
Pada pukul 16.41 WITA, helikopter berhasil mendarat di titik evakuasi, dan sekitar 11 menit kemudian, korban bersama pendamping telah diterbangkan menuju Bali.
Baca Juga: Hasil Autopsi Juliana Marins di Brasil, Forensik Bali Berikan Klarifikasi Lengkap
Detik-Detik Penyelamatan dan Proses Medis

Dalam proses penyelamatan, lima orang berada dalam helikopter: dua kru pilot, satu dokter, korban, dan seorang pendamping. Tim darat tetap siaga untuk memastikan area mendarat cukup aman bagi helikopter. Setelah mengamankan korban, tim medis segera memberikan penanganan awal sebelum diterbangkan ke Rumah Sakit BIMC Kuta, Denpasar, Bali, untuk pemeriksaan dan perawatan lanjutan.
Evakuasi menggunakan helikopter menjadi penyelamat nyawa dalam situasi ini. Faktor waktu adalah hal yang sangat vital, dan kecepatan penanganan medis sangat menentukan kondisi korban, terutama jika mengalami luka serius seperti patah tulang atau trauma berat.
Sinergi Tim SAR dan Lintas Wilayah
Keberhasilan evakuasi Sarah tidak lepas dari kolaborasi luar biasa antara berbagai instansi. Seperti SAR Mataram, BTNGR, Basarnas, hingga operator helikopter swasta dari Bali. Disiplin koordinasi, respons cepat, dan profesionalisme seluruh anggota tim sangat menentukan kelancaran operasi. Sikap tanggap dan kolaboratif ini menjadi contoh terbaik bagaimana penanganan insiden di kawasan alam ekstrem seharusnya dilakukan.
Hal lainnya yang patut diapresiasi adalah komunikasi efektif antara tim lapangan, pilot, dan tenaga medis. Instruksi jelas dan cepat menjadi kunci di tengah keterbatasan waktu dan risiko lingkungan yang berubah-ubah.
Hikmah dan Imbauan Bagi Pendaki
Kasus ini menjadi pengingat nyata atas risiko di balik keindahan alam pegunungan Indonesia. Gunung Rinjani, sebagai salah satu destinasi favorit pendaki internasional, memang menawarkan tantangan sekaligus bahaya nyata. Berikut beberapa imbauan dan hikmah yang dapat diambil oleh para pendaki lain:
- Persiapkan Fisik dan Mental: Selalu tingkatkan kesiapan sebelum melakukan pendakian, terutama untuk jalur ekstrem.
- Lengkapi Peralatan Keselamatan: Gunakan alat pelindung yang memadai, seperti trekking pole, helm, dan sepatu gunung berkualitas.
- Patuhi Protokol dan Arahan Petugas: Ikuti saran tim SAR dan petugas taman nasional, terutama saat cuaca buruk atau ada peringatan bahaya.
- Integrasi Teknologi: Bawa perangkat komunikasi dan navigasi GPS untuk memudahkan pelaporan darurat.
- Pentingnya Asuransi dan Dukungan Kesehatan: Pastikan asuransi perjalanan mencakup aktivitas ekstrem seperti mendaki gunung.
Upaya keras seluruh pihak membuktikan bahwa sinergi dan kolaborasi menjadi faktor utama keberhasilan evakuasi. Serta mengukuhkan reputasi Indonesia dalam respons bencana alam dan kecelakaan wisata.
Kisah penyelamatan Sarah Tamar van Hulten tidak hanya menjadi berita baik, namun juga inspirasi bagi semua pendaki serta pemandu wisata untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan di alam bebas. Semoga pengalaman ini menjadi pelajaran berharga dan memperkuat standar keselamatan pendakian di seluruh Indonesia.
Ikuti terus Info Kejadian Bali agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari bali.jpnn.com
- Gambar Kedua dari www.merdeka.com