Posted in

Hasil Autopsi Juliana Marins di Brasil, Forensik Bali Berikan Klarifikasi Lengkap

Hasil autopsi Juliana Marins di Brasil akhirnya dirilis, memicu perhatian publik dan keluarga di Indonesia.

Hasil Autopsi Juliana Marins di Brasil, Forensik Bali Berikan Klarifikasi Lengkap

Forensik Bali memberikan klarifikasi lengkap terkait temuan tersebut, menjelaskan prosedur dan detail medis yang ditemukan. Penjelasan ini penting untuk memastikan kejelasan penyebab kematian sekaligus menunjukkan komitmen pihak forensik dalam mengawal proses penyelidikan secara transparan dan akurat demi keadilan bagi Juliana dan keluarganya.

Artikel Info Kejadian Bali ini akan mengulas tanggapan ahli forensik Bali terhadap hasil autopsi di Brasil, serta detail penting dari proses dan hasil pemeriksaan tersebut.

Latar Belakang Autopsi Ulang Juliana Marins

Jenazah Juliana Marins yang meninggal akibat jatuh dari tebing Gunung Rinjani diautopsi pertama kali oleh dokter forensik di RS Bali Mandara pada 27 Juni 2025. Autopsi ulang dilakukan di Brasil setelah jenazah diterbangkan dengan prosedur pembalseman agar tetap layak diperiksa.

Keluarga Juliana meminta autopsi ulang karena ingin memastikan waktu kematian dan apakah ada kegagalan dalam penanganan saat kejadian. Autopsi ulang ini merupakan hak keluarga dan merupakan prosedur yang lumrah dalam kasus-kasus seperti ini.

Hasil Autopsi di Brasil dan Indonesia yang Senada

Hasil autopsi ulang yang dirilis oleh Institut Kedokteran Forensik Rio de Janeiro pada 10 Juli 2025 menunjukkan bahwa Juliana meninggal dunia akibat pendarahan internal yang disebabkan cedera traumatis, termasuk patah tulang panggul, dada, dan tengkorak.

Juliana diperkirakan meninggal sekitar 10-15 menit setelah jatuh, tidak mampu bergerak atau meminta pertolongan karena rasa sakit hebat secara fisik dan psikologis. Hasil ini sangat senada dengan autopsi pertama di Bali yang menyatakan Juliana meninggal sekitar 20 menit setelah terjatuh akibat trauma dan perdarahan hebat.

Baca Juga: Polda Bali Bongkar Sindikat Judi Online Kamboja, Data Pribadi Warga Jadi Target

Tanggapan Ahli Forensik Bali

Hasil Autopsi Juliana Marins di Brasil, Forensik Bali Berikan Klarifikasi Lengkap

Dokter senior ahli forensik RSUP Prof. Dr. IGNG Ngoerah Denpasar, Ida Bagus Putu Alit. Menegaskan bahwa autopsi ulang adalah hal yang biasa dan merupakan hak keluarga untuk mendapatkan kepastian. Ia yakin prinsip kerja forensik di Brasil sama dengan di Indonesia, yaitu bersifat netral dan imparsial.

Meskipun tidak ada komunikasi langsung antara forensik Bali dan Brasil. Putu Alit memastikan hasil autopsi ulang tidak akan jauh berbeda dengan hasil autopsi pertama di Bali, hanya mungkin ada perbedaan minor dalam teknik atau detail.

Perbedaan Metode Autopsi di Indonesia dan Brasil

Metode autopsi di Indonesia menggunakan teknik leetule yang dimodifikasi. Yang melibatkan pembukaan rongga tubuh dan pemeriksaan organ serta kelainan yang ada. Sementara metode di Brasil mungkin berbeda secara teknis, prinsip dasarnya sama, yaitu mengidentifikasi penyebab kematian berdasarkan bukti fisik dan kondisi organ dalam.

Proses pembalseman dilakukan sebelum pengiriman jenazah ke Brasil untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap layak diperiksa. Meskipun demikian, pembalseman ini menyebabkan beberapa keterbatasan dalam analisis, terutama dalam memperkirakan waktu kematian secara lebih akurat.

Reaksi Keluarga dan Implikasi Kasus

Keluarga Juliana mengaku kaget karena mengetahui hasil autopsi ulang dari media, bukan dari pihak berwenang secara resmi. Mereka berharap autopsi ulang dapat memberikan kejelasan terkait waktu kematian dan apakah ada kelalaian dalam penanganan korban.

Namun, hasil autopsi yang konsisten antara Indonesia dan Brasil memperkuat kesimpulan bahwa Juliana meninggal akibat trauma berat dari jatuh di ketinggian dan tidak ada indikasi penyebab lain. Kasus ini menyoroti pentingnya transparansi komunikasi antara pihak berwenang dan keluarga korban dalam proses forensik.

Kesimpulan

Hasil autopsi ulang di Brasil terhadap jenazah Juliana Marins mengonfirmasi hasil autopsi pertama di Bali. Yakni kematian akibat pendarahan internal dan cedera traumatis setelah jatuh dari tebing Gunung Rinjani. Ahli forensik Bali menyambut hasil ini dengan sikap profesional dan menegaskan bahwa prinsip-prinsip forensik yang digunakan di kedua negara pada dasarnya sama.

Permintaan autopsi ulang oleh keluarga merupakan hak yang wajar untuk memastikan kebenaran dan memberikan ketenangan batin. Kasus ini juga menjadi pelajaran penting tentang koordinasi dan komunikasi yang harus diperbaiki dalam penanganan kasus kematian di luar negeri.

Ikuti terus Info Kejadian Bali agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari news.detik.com
  2. Gambar Kedua dari www.balipost.com