Posted in

Terungkap! Bali Dijadikan Jalur Transit Target Favorit Kartel Narkoba Kelas Dunia

Bali, yang dikenal sebagai destinasi wisata global, kini menghadapi ancaman karena dijadikan target favorit kartel narkoba internasional​.

Terungkap! Bali Dijadikan Jalur Transit Target Favorit Kartel Narkoba Kelas Dunia

Pulau ini telah bertransformasi menjadi pusat operasi bagi sindikat-sindikat ini, yang memanfaatkan posisinya untuk penyelundupan dan bahkan produksi narkoba. Fenomena ini mengkhawatirkan karena melibatkan metode canggih dan jaringan kejahatan transnasional.

Mengubah citra Bali dari surga wisata menjadi medan pertempuran melawan narkotika. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Bali.

Modus Operandi Canggih Kartel Narkoba di Bali

Kartel narkoba di Bali telah mengadopsi taktik yang semakin canggih untuk menghindari deteksi oleh pihak berwenang. Salah satu metode utama yang digunakan adalah teknologi blockchain dan mata uang kripto untuk melakukan transaksi keuangan. Teknologi ini memungkinkan transaksi anonim dan terdesentralisasi, yang mempersulit pihak berwenang untuk melacak aliran dana.

Selain itu, sindikat ini memanfaatkan aplikasi pesan terenkripsi seperti Telegram untuk berkomunikasi dengan pembeli dan mengirimkan koordinat lokasi pengambilan barang, menghilangkan kebutuhan akan kontak tatap muka dengan pengedar atau kurir.

Transaksi semacam ini dapat diselesaikan hanya dalam dua menit dan sangat sulit dilacak oleh pihak berwenang. Sindikat juga diketahui mendirikan laboratorium narkoba tersembunyi dan ladang ganja dalam ruangan di Bali, yang sebagian besar beroperasi di vila-vila sewaan.

Pemain Utama Dalam Peredaran Narkoba Transnasional di Bali

Beberapa sindikat narkoba transnasional utama dilaporkan beroperasi di Bali. Ini termasuk Segitiga Emas Asia Tenggara, yang mencakup Myanmar utara serta sebagian Laos dan Thailand, dan Bulan Sabit Emas, jaringan yang membentang di Afghanistan, Pakistan, dan Iran.

Pihak berwenang juga menemukan bahwa Kartel Sinaloa dari Meksiko, yang dianggap sebagai organisasi perdagangan narkoba terbesar. Dan paling kuat di Belahan Barat, baru-baru ini memulai operasinya di Bali. Ekspansi Kartel Sinaloa ke Bali didorong oleh penumpasan yang lebih kuat terhadap kartel narkoba internasional di Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, yang memaksa kelompok tersebut mencari pasar baru.

Kartel ini dilaporkan terutama menyelundupkan narkoba ke Bali melalui jalur udara. Selain itu, terjadi peningkatan kehadiran sindikat narkoba Ukraina dan Rusia di Bali menyusul perang yang sedang berlangsung antara kedua negara tersebut. Meskipun negara mereka sedang berperang, di Bali mereka bekerja sama dalam perdagangan narkoba.

Baca Juga: Kejadian Banjir Bandang di Bali dan Penanganan Darurat

Peningkatan Penangkapan dan Tantangan Hukum

Peningkatan Penangkapan dan Tantangan Hukum

Pada tahun lalu, polisi Bali menangkap lebih dari 1.300 orang atas kasus terkait narkoba. Menandai peningkatan hampir 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Mereka juga menyita 21 kilogram metamfetamin, lebih dari 18.000 pil ekstasi, dan hampir 90 kg ganja selama berbagai operasi pada tahun 2024. Sebanyak 226 warga negara asing terlibat dalam kegiatan kriminal di pulau itu tahun lalu. Termasuk perdagangan narkoba, yang merupakan peningkatan 16 persen dari 194 kasus pada tahun sebelumnya.

Mayoritas yang dihukum adalah warga negara AS, diikuti oleh warga negara Australia, Rusia, dan Inggris.Meskipun ada kekhawatiran yang berkembang mengenai perdagangan narkoba yang melibatkan warga negara asing di Bali. Terdapat tren peningkatan kelonggaran dalam sistem peradilan terhadap warga negara asing yang didakwa atas pelanggaran tersebut.

Misalnya, jaksa Bali baru-baru ini menuntut hukuman penjara sembilan dan enam tahun masing-masing untuk seorang wanita Argentina dan seorang pria Inggris yang diadili karena menyelundupkan 244 gram kokain ke Bali. Meskipun hukuman maksimal untuk perdagangan lebih dari 5 gram adalah penjara seumur hidup. Bulan sebelumnya, jaksa hanya menuntut hukuman satu tahun untuk tiga warga negara Inggris yang dituduh menyelundupkan hampir satu kilogram kokain ke provinsi pulau tersebut.

Hukum Narkoba yang Ketat dan Konsekuensi Berat

Indonesia memberlakukan beberapa peraturan narkoba terketat di dunia, dan Bali tidak terkecuali. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika mengatur klasifikasi narkoba, sanksi hukum, dan kebijakan penegakan hukum. Indonesia memiliki pendekatan tanpa toleransi terhadap kejahatan terkait narkoba. Dengan hukuman mulai dari denda besar hingga penjara seumur hidup atau bahkan hukuman mati dalam kasus-kasus serius.

Narkotika dikategorikan menjadi tiga kelas, dengan Kelas I dianggap paling serius karena potensi penyalahgunaan yang tinggi dan tidak ada penggunaan medis yang diakui. Contoh Kelas I termasuk ekstasi/MDMA, metamfetamin, dan ganja. Kepemilikan dalam jumlah kecil pun dapat mengakibatkan konsekuensi berat, seperti 4 hingga 12 tahun penjara dan denda antara USD $55.000 hingga $550.000 untuk narkotika Kelas I.

Jika tertangkap dengan lebih dari 1 kg (berbasis tumbuhan) atau 5 gram (non-berbasis tumbuhan). Seseorang dapat menghadapi hukuman penjara seumur hidup atau bahkan hukuman mati. Untuk perdagangan dan distribusi narkoba, hukuman untuk narkotika Kelas I adalah penjara seumur hidup atau hukuman mati, dengan denda mencapai USD $700.000.

Hukuman mati biasanya dijatuhkan untuk kasus perdagangan narkoba skala besar, terutama yang melibatkan zat seperti sabu, heroin, dan kokain. Penting untuk dicatat bahwa hukum narkoba di Bali berlaku untuk semua orang, termasuk turis. Dan konsulat di Bali memiliki sedikit atau bahkan tidak ada kekuasaan dalam kasus pelanggaran narkoba.

Kekhawatiran Tambahan dan Dampak yang Mungkin Terjadi

Selain meningkatnya aktivitas kartel, Marthinus juga memperingatkan bahwa Bali mungkin berubah menjadi “medan pembunuhan” bagi anggota sindikat narkoba transnasional. Ia menunjuk pada penembakan dua pria Australia di Kabupaten Badung bulan lalu, yang diduga terkait dengan jaringan perdagangan narkoba internasional.

Zivan Radmanovic, 32, tewas, dan Sanar Ghanim, 34, mengalami luka serius setelah dua pria bersenjata masuk ke vila mereka pada dini hari tanggal 14 Juni dan melepaskan tembakan. Pihak berwenang telah menangkap tiga tersangka dengan bantuan Interpol, meskipun penyelidikan motif masih berlangsung.

Sejarah juga mencatat bahwa Indonesia, seperti negara-negara lain di Asia Tenggara. Selama beberapa dekade telah menerapkan sanksi yang sangat keras untuk perdagangan dan penggunaan narkoba. Namun, hukuman yang keras tersebut tampaknya tidak banyak mengurangi perdagangan narkoba di Indonesia bahkan. Penggunaan dan perdagangan narkoba tampaknya meningkat di negara tersebut.

Kesimpulan

Pergeseran Bali menjadi pusat perdagangan narkoba transnasional menimbulkan tantangan serius bagi pihak berwenang Indonesia. Dengan metode canggih yang digunakan oleh kartel, seperti kripto dan aplikasi pesan terenkripsi. Serta kehadiran sindikat besar seperti Kartel Sinaloa, penegakan hukum menjadi semakin kompleks.

Meskipun ada peningkatan penangkapan, tren kelonggaran dalam hukuman bagi warga negara asing yang terlibat dalam kasus narkoba di Bali dapat menjadi perhatian. Hukuman mati atau penjara seumur hidup dapat dijatuhkan bagi pelaku kejahatan narkoba berat di Indonesia.

Situasi ini menuntut upaya berkelanjutan dan kolaborasi internasional untuk mencegah Bali menjadi “medan pembunuhan” atau “resor narkoba” bagi sindikat kejahatan. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang Bali Dijadikan Target Favorit Kartel Narkoba hanya di INFO KEJADIAN BALI.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari x.com
  2. Gambar Kedua dari www.merantione.com