Pawai Ogoh-ogoh menyambut Hari Raya Nyepi kembali digelar sebagai tradisi budaya Bali yang memukau Patung raksasa ogoh-ogoh.

melambangkan roh jahat, diarak dengan musik gamelan dan tarian tradisional untuk membersihkan lingkungan dan menyambut tahun baru Saka. Selain ritual spiritual, pawai ini menjadi ajang edukasi budaya dan wisata, menarik perhatian pengunjung dari Bali hingga TMII Jakarta.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Bali.
radisi Pawai Ogoh-Ogoh Sambut Hari Raya Nyepi
Pawai Ogoh-ogoh menjadi salah satu tradisi budaya Bali yang sangat dinantikan setiap tahunnya, terutama jelang perayaan Hari Raya Nyepi. Pawai ini biasanya digelar pada malam Pengerupukan, sehari sebelum Nyepi, yang menandai pergantian tahun baru Saka bagi umat Hindu Bali. Patung-patung raksasa yang disebut ogoh-ogoh dibawa keliling desa oleh para pemuda dengan iringan musik gamelan.
Ogoh-ogoh dibuat dari bahan ringan seperti bambu dan kertas, dilukis dan dihias sedemikian rupa hingga menyerupai makhluk mitos, dewa, atau raksasa dengan karakter menakutkan. Masing-masing ogoh-ogoh melambangkan roh jahat yang dianggap mengganggu keseimbangan alam dan manusia. Dengan parade ini, masyarakat Bali percaya bahwa roh jahat dapat diusir sehingga tahun baru dapat dimulai dengan jiwa bersih dan damai.
Selain sebagai ritual spiritual, pawai juga menjadi ajang berkumpul komunitas dan melestarikan seni budaya. Tidak jarang pawai ogoh-ogoh menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin menyaksikan keindahan dan kemeriahan budaya Bali tanpa harus datang langsung ke pulau Dewata.
Makna Filosofis dan Simbolisme Ogoh-Ogoh
Setiap ogoh-ogoh memiliki makna filosofis yang mendalam dan berbeda-beda tergantung cerita yang diangkat. Ada yang menggambarkan kejahatan duniawi, hawa nafsu, atau masalah sosial yang tengah dihadapi masyarakat. Melalui pawai ini, umat Hindu Bali tidak hanya melakukan tradisi tetapi sekaligus mengevaluasi diri dan lingkungan agar hidup seimbang dan harmonis.
Salah satu tema populer dalam pawai tahun 2025 adalah kisah “Kala Rau”. Sosok siluman yang dipercaya menyebabkan gerhana bulan menurut mitologi Bali. Kisah ini menggambarkan pertarungan kosmik antara kebaikan dan kejahatan, yang menjadi refleksi bagi manusia untuk selalu mengendalikan diri dan menolak hal-hal negatif dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah pawai, khususnya pada upacara Tawur Kesanga, ogoh-ogoh yang sudah dipertunjukkan kemudian dibakar sebagai simbol pemurnian dan pengusiran roh jahat. Kerja sama masyarakat dari berbagai usia dalam membuat dan mengarak ogoh-ogoh memperkuat rasa solidaritas serta menjaga kelangsungan tradisi leluhur.
Baca Juga: Viral! Warga AS Buka Kelas Seks Privat di Vila Bali, Kini Dideportasi
Kemeriahan Pawai Ogoh-Ogoh di Bali dan TMII

Pada 2025, pawai Ogoh-ogoh kembali digelar secara meriah tidak hanya di Bali tetapi juga di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Event di TMII mengangkat tema besar “Kala Rau” dengan menghadirkan 11 ogoh-ogoh yang didatangkan langsung dari Bali. Kegiatan ini menjadi wadah edukasi budaya serta memperkenalkan kekayaan tradisi Bali kepada masyarakat luas di ibu kota.
Di lokasi pawai, acara diiringi dengan tarian Bali seperti tari Pendet dan tari Rejang serta musik tradisional yang menggugah semangat. Ribuan pengunjung menikmati suasana budaya yang kental dan autentik tanpa harus jauh-jauh ke Bali. Acara ini juga memperkuat peran TMII sebagai pelestari budaya Indonesia yang menghadirkan pengalaman interaktif dan edukatif bagi pengunjung.
Pawai di Bali sendiri berlangsung dengan penuh energi dan warna-warni api obor, petasan, serta kostum adat yang menghidupkan suasana magis. Komunitas lokal bersatu untuk menunjukkan kreativitas dan kecintaan mereka pada budaya tradisional melalui pembuatan ogoh-ogoh dan pertunjukan seni pendukung.
Peran Budaya dan Wisata dalam Pawai Ogoh-ogoh
Pawai Ogoh-ogoh bukan sekadar ritual keagamaan tapi juga menjadi salah satu daya tarik wisata budaya utama di Bali. Setiap tahun ribuan wisatawan domestik dan internasional datang untuk menyaksikan parade ini, memberikan kontribusi ekonomi penting bagi masyarakat setempat. Hal ini mendukung pengembangan seni dan kerajinan lokal yang berkaitan dengan pembuatan ogoh-ogoh.
Pemerintah daerah dan komunitas terus berupaya memajukan event ini agar tetap lestari dan bernilai tambah, melalui pelibatan lebih banyak generasi muda dan inovasi kreatif dalam pembuatan ogoh-ogoh. Kegiatan ini menjadikan budaya Bali tetap hidup dan relevan di era modern tanpa kehilangan jati diri.
Selain itu, pawai Ogoh-ogoh juga memperkokoh identitas budaya serta menumbuhkan rasa kebanggaan lokal. Tradisi ini mengingatkan masyarakat pentingnya menjaga harmoni antara manusia, alam, dan alam gaib sebagai bagian dari filosofi hidup Bali, Tri Hita Karana.
Untuk informasi lengkap mengenai Bali, kalian bisa kunjungi Info Kejadian Bali, yang menjadi sumber berita terpercaya yang menyediakan update real-time dan laporan mendalam tentang Bali.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari denpasar360.com
- Gambar Kedua dari www.antaranews.com