Posted in

Konflik Internal di Bugbug Memanas, Akses Wisata ke Bukit Asah Terganggu

Konflik internal yang terjadi di Desa Adat Bugbug, Karangasem, Bali, kembali memanas dan berdampak langsung pada aktivitas pariwisata di wilayah tersebut.

Konflik-Internal-di-Bugbug-Memanas,-Akses-Wisata-ke-Bukit-Asah-Terganggu

Dua destinasi populer Bukit Asah dan Virgin Beach sempat tertutup aksesnya akibat ketegangan antarwarga. Berikut ini Info Kejadian Bali akan memberikan informasi mengenai memanasnya konflik internal di Desa Adat Bugbug yang berdampak langsung pada akses wisata ke Bukit Asah dan Virgin Beach.

Wisatawan Terkena Imbas Konflik di Pintu Masuk Bukit Asah

Kericuhan antarwarga Bugbug mencuat ke permukaan setelah sebuah video memperlihatkan wisatawan yang hendak menuju Bukit Asah dan Virgin Beach diminta putar balik oleh sekelompok massa. Dalam video tersebut terlihat beberapa turis tampak kebingungan ketika dicegat di pintu masuk jalur wisata.

Menurut informasi dari Kasi Humas Polres Karangasem, Ipda I Nengah Artono, insiden itu terjadi pada Senin (17/11/2025) pagi, ketika dua kelompok warga yang sedang bertikai berpapasan di pintu masuk menuju kawasan wisata. Pada saat situasi memanas, para wisatawan terpaksa tertahan dan tidak diizinkan melanjutkan perjalanan.

Artono menjelaskan bahwa pelarangan tersebut dilakukan karena kedua kelompok warga tengah bersitegang dan ingin menghindari kemungkinan gangguan keamanan bagi pengunjung.

Meskipun tidak terjadi kekerasan terhadap wisatawan, kejadian ini cukup membuat mereka merasa cemas dan memilih kembali ke penginapan atau mencari destinasi lain.

Kepolisian Kerahkan 289 Personel Untuk Redam Ketegangan

Untuk mencegah situasi makin tidak terkendali, Polres Karangasem mengerahkan 289 personel, termasuk aparat gabungan dari berbagai satuan. Kehadiran kepolisian di lokasi sangat diperlukan mengingat kedua kelompok warga berkumpul dalam jumlah besar dan berada di titik yang menjadi jalur utama wisatawan.

Aparat bertugas melakukan pengamanan, mengatur arus wisatawan, dan memastikan tidak terjadi gesekan fisik antara dua kubu warga. Artono mengatakan bahwa setelah dilakukan pengamanan intensif, kedua kelompok akhirnya bersedia menurunkan tensi konflik dan membubarkan diri menuju wantilan desa adat sekitar pukul 10.00 Wita.

Hal positif terjadi ketika suasana mulai terkendali. Wisatawan yang sempat tertahan kemudian diizinkan kembali masuk ke Bukit Asah dan Virgin Beach tanpa dipungut tiket masuk. Langkah ini dilakukan oleh desa adat sebagai bentuk permintaan maaf tidak langsung atas kerepotan yang dialami wisatawan serta upaya memulihkan citra kawasan wisata Bugbug.

Baca Juga: Operasi Zebra 2025 Resmi Dimulai, Bali Siaga di 46 Titik Rawan

Perselisihan Kebijakan Pengelolaan Tanah Adat

Perselisihan-Kebijakan-Pengelolaan-Tanah-Adat

Konflik sosial di Desa Adat Bugbug bukanlah peristiwa baru. Ketegangan ini telah berlangsung cukup lama dan dipicu oleh perubahan kebijakan yang diberlakukan oleh Kelihan Desa Adat Bugbug yang baru. Kebijakan tersebut berkaitan dengan pengelolaan tanah adat yang bernilai strategis untuk sektor pariwisata.

Kelompok warga yang menolak kebijakan tersebut berpendapat bahwa keputusan yang diambil melanggar awig-awig atau aturan adat yang telah disepakati bersama.

Mereka menilai bahwa beberapa keputusan mengenai pemanfaatan tanah adat dilakukan tanpa prosedur yang transparan dan tidak melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam prosesnya.

Sementara itu, kubu lain yang mendukung kebijakan Kelihan Desa Adat Bugbug beranggapan bahwa perubahan tersebut. Diperlukan untuk meningkatkan ekonomi desa, mengoptimalkan potensi wisata, dan melakukan pembenahan sistem pengelolaan aset desa adat.

Perbedaan pandangan inilah yang membuat konflik kian membesar dan berdampak pada berbagai aspek, termasuk keamanan dan citra pariwisata.

Dampak Terhadap Pariwisata dan Nama Baik Bugbug

Kejadian ini memberikan dampak langsung terhadap aktivitas pariwisata di Bugbug. Bukit Asah yang terkenal sebagai spot sunrise dengan lanskap tebing menawan dan Virgin Beach yang dikenal sebagai.

Salah satu pantai terindah di Bali sempat tidak dapat dinikmati wisatawan selama beberapa jam. Ini tentu berpotensi menurunkan kepercayaan wisatawan, terutama mereka yang telah merencanakan perjalanan jauh hari.

Viralnya video wisatawan yang dicegat massa juga menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik serupa bisa terjadi lagi apabila tidak segera diselesaikan. Pelaku industri wisata berharap agar konflik internal desa adat dapat segera mereda. Agar tidak merugikan semua pihak, baik warga lokal maupun wisatawan.

Beberapa pelaku usaha di sekitar lokasi wisata mengungkapkan bahwa insiden tersebut sempat. Membuat reservasi turun secara drastis selama beberapa menit setelah video beredar. Namun setelah situasi dinyatakan aman, aktivitas wisata mulai berjalan kembali meskipun belum sepenuhnya pulih.

Simak berita update lainnya tentang Bali dan sekitarnya secara lengkap tentunya terpercaya hanya di Info Kejadian Bali.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari detik.com
  2. Gambar Kedua dari detik.com